Tuesday, June 15, 2010

Rain, Rain, Go Away...

But before I write something, please let me tell you that I WANT TO KILL THAT BIG IDIOT STUPID WHALE ON TWITTER!!
Okay, Twitter is fun, but it could be soooo annoying when the stupid idiot big whale appears!!


click to see the larger image D:<


Okay, back to topic.


Untuk beberapa alasan, aku benci hujan.
Okaaaay, aku memang suka banget sama hujan. Hujan menyegarkan. Hujan itu indah.
Tapi seperti yang udah aku bilang: terkadang aku benci hujan. Hujan membuat kabut, aku jadi tidak bisa melihat sekitarku dengan jelas. Terutama jika hujan turun deras. Sangat deras.

Beberapa hari yang lalu, 'hujan' turun.
Dan aku nggak tahu apa yang ada di kepalaku saat itu, aku menerobosnya dengan membabi-buta. Seperti menerjang hujan badai dan berkabut tanpa persiapan apa-apa. Aku tabrak semua yang menghalangiku. Aku tabrak semuanya karena aku nggak bisa melihat sekitarku dengan jelas.

Seperti itulah 'hujan'-ku saat itu.

'Hujan'-ku mengguncang perasaanku saat itu. Segala rasa negatif yang sudah lama terkumpul seperti menemukan jalan keluar dan melarikan diri dariku. Aku lepas kontrol. Untuk pertama kalinya dalam sekian lama, aku membuka sedikit perasaanku; di saat yang salah, waktu yang salah, momen yang salah. Tapi yang paling menyakitkan adalah aku mengungkapkannya pada orang yang salah.

Seperti sadar dengan perbuatanku, aku berusaha mengumpulkan kembali semua yang sudah kumuntahkan dan menyembunyikannya. Bukan, bukan. Lebih tepatnya, aku yang bersembunyi. Kembali bersembunyi dan bergumul dengan sudut gelapku sendiri.
Dan aku nggak menyangka kalau usahaku untuk mempertahankan diriku kembali adalah sebuah kesalahan. Orang itu terlalu baik untuk mengabaikan kata-kataku begitu saja. Entah apakah kata-katanya benar atau tidak, dia bilang dia nggak bisa ngerasa bahagia (bahkan di hari paling spesial dalam hidupnya yang dia rayakan sekali tiap tahun!) kalau sahabatnya nggak ngerasa bahagia juga.
Tapi, lagi-lagi aku cuman kembali bersembunyi. Entah apa yang kemudian dia rasakan, aku nggak berani bertanya.


Beberapa hari kemudian, aku berani berkata padanya kalau aku merindukan kami bertiga.
Kami bertiga... aku sadar kami sangat menakjubkan. Kami bertiga hebat. Kami bertiga berbeda. Kami bertiga saling melindungi. Kami bertiga mencoba bahagia di balik rahasia-rahasia kami.

Haruskan aku mengorbankan kami bertiga hanya untuk meratapi 'hujan'-ku yang tak kunjung berhenti?
Jika 'hujan'-ku memang tak ingin berhenti, haruskan aku menerobosnya begitu saja? Tidak bisakah aku diam saja dan menikmati 'hujan' itu sendiri saja, berdiri dan merasakan tetes 'hujan' menerpa tubuhku.




Selalu ada harapan di balik segalanya. Termasuk di balik 'hujan'-ku. Aku hanya akan mencoba menunggu, sampai kabut menipis dan tetesan 'hujan' tak lagi menghujam tubuhku. Aku ingin melihat pelangi dan matahari.


Rain, rain, go away.
Come again another day.
All the world is waiting for the sun.

Rain by Breaking Benjamin


Untuk segala sakit hati yang aku timbulkan, aku ucapkan maaf. Dan untuk segala pengertian dan kesabarannya, aku ucapkan terimakasih. Aku tahu aku nggak bisa berpisah terlalu lama dari kalian.

0 comments:

Post a Comment